Perseturuan Israel – Yerusalem Sudah Terjadi 100 Tahun Lalu

Itu terjadi sesudah 11 hari pertarungan, yang tewaskan minimal 255 orang. Beberapa fantastis pada mereka yang meninggal ialah masyarakat Palestina di daerah Gaza. Israel dan Hamas sama mengeklaim kemenangan dalam perselisihan terkini.

Kekerasan pada Mei susul sebulan bertambahnya kemelut di Yerusalem. Tetapi pertarungan sudah berjalan sepanjang beberapa dasawarsa.

Permasalahan Ini Sudah Terjadi 100 Tahun Lalu

Inggris menggantikan daerah yang dikenali sebagai Palestina sesudah penguasa sisi Timur tengah itu, Kekaisaran Ottoman, ditaklukkan dalam Perang Dunia Pertama. Tanah itu ditempati oleh minoritas Yahudi dan sebagian besar Arab.

Kemelut di antara ke-2 bangsa itu tumbuh saat komune internasional memberikan Inggris pekerjaan untuk membangun “tempat tinggal nasional” di Palestina untuk beberapa orang Yahudi.

Untuk orang Yahudi itu ialah tempat tinggal nenek moyang mereka, tapi beberapa orang Arab Palestina mengeklaim tanah itu dan melawan perpindahan itu.

Di antara tahun 1920-an dan 1940-an, banyaknya orang Yahudi yang datang di situ semakin bertambah, dengan beberapa yang larikan diri dari penindasan di Eropa dan cari tanah air sesudah Holocaust Perang Dunia Ke-2 .

Kekerasan di antara orang Yahudi dan Arab, dan menantang kekuasaan Inggris, tumbuh. Di tahun 1947, PBB pilih Palestina untuk dipisah jadi beberapa negara Yahudi dan Arab yang terpisah, dengan Yerusalem jadi kota internasional.

Gagasan itu diterima oleh beberapa pimpinan Yahudi tapi ditampik oleh faksi Arab dan enggak pernah dikerjakan. Di tahun 1948, karena enggak bisa menuntaskan permasalahan, beberapa penguasa Inggris pergi dan beberapa pimpinan Yahudi mengumumkan pembangunan negara Israel.

Beberapa orang Palestina berkeberatan dan perang juga terjadi. Pasukan dari negara tetangga Arab menggempur. Beberapa ratus ribu masyarakat Palestina larikan diri atau dipaksakan keluar tempat tinggal mereka dalam apa yang mereka sebutkan Al Nakba, atau “Musibah”.

Di saat pertarungan usai dengan gencatan senjata di tahun selanjutnya, Israel kuasai beberapa fantastis daerah. Yordania menempati tanah yang selanjutnya dikenali sebagai Pinggir Barat, dan Mesir menempati Gaza.

Yerusalem dipisah di antara pasukan Israel di Barat, dan pasukan Yordania di Timur. Karena enggak sempat ada persetujuan nyaman – dengan masing-masing faksi sama-sama mempersalahkan – ada semakin banyak perang dan pertarungan dalam dasawarsa selanjutnya.

Dalam perang lain di tahun 1967, Israel menempati Yerusalem Timur dan Pinggir Barat, dan beberapa fantastis Daratan Tinggi Golan Suriah, Gaza dan semenanjung Sinai Mesir.

Beberapa fantastis pengungsi Palestina dan turunan mereka tinggal di Gaza dan Pinggir Barat, dan di negara tetangga Yordania, Suriah dan Lebanon.

Baik mereka atau turunan mereka enggak dibolehkan oleh Israel untuk kembali lagi ke tempat tinggal mereka – Israel menjelaskan ini bakal banjiri negara dan memberikan ancaman kehadirannya sebagai negara Yahudi.

Israel mengeklaim semua Yerusalem sebagai ibu kotanya, sementara Palestina mengeklaim Yerusalem Timur sebagai ibukota negara Palestina di masa datang. AS ialah sebuah dari sedikit negara yang mengaku kota itu sebagai ibukota Israel.

Acara Pawai March Di Kota Israel Ditandai Penguasaan

Pawai bendera Hari Yerusalem ialah acara tahunan yang mengidentifikasi penguasaan Israel atas Yerusalem Timur – tempat tinggal untuk Kota Tua dan beberapa tempat sucinya – dalam Perang Timur tengah 1967.

Pawai Israel Menunjukan Provokasi Terhadap Penguasaan Terhadap Palestina

Dalam acara hari Selasa, beberapa ratus umumnya anak muda, nasionalis Israel menari, menyanyi dan mengibarkan bendera Israel di muka Gerbang Damaskus Kota Tua, pintu masuk khusus ke Teritori Muslim.

Mereka selanjutnya masuk lewat gerbang lain untuk capai Tembok Barat, sebuah situs paling suci Yudaisme.

Menteri Luar Balad Israel Yair Lapid, beri pujian management acara itu tapi menyumpah satu kelompok pengunjuk rasa yang difilmkan meneriakkan jargon-slogan rasis.

“Bukti jika ada berlebihanis yang bendera Israel sebagai wakil kedengkian dan rasisme ialah bengis dan enggak bisa ditolerir,” kata Lapid. “Enggak bisa dimengerti bagaimana seorang bisa menggenggam bendera Israel pada tangannya dan meneriakkan ‘Matilah orang Arab’ di saat yang serupa.”

Masyarakat Palestina mendakwa pasukan keamanan Israel lakukan pemolisian yang keras dan diskriminatif saat wilayah itu dibikin bersih untuk pawai.

Bulan Sabit Merah Palestina menjelaskan minimal 33 demonstran Palestina cedera dalam benturan dengan petugas polisi Israel, yang tembakkan granat kejut dan peluru karet. Polisi menjelaskan dua petugas cedera enteng dan 17 orang diamankan.

Awalannya, pawai bendera semestinya berjalan pada 10 Mei. Tetapi itu terusik oleh militan Hamas di Gaza yang tembakkan roket ke kota suci, yang mengakibatkan perselisihan 11 hari.

Selekasnya sesudah gencatan senjata berjalan, pelaksana minta supaya pawai dijadwal ulangi.

Itu bakal berjalan Kamis lalu, tapi diurungkan oleh pelaksana sesudah polisi Israel menampik jalur yang diusulkan, dengan argumen permasalahan keamanan.

Jalur yang diganti yang menghindar melalui Gerbang Damaskus selanjutnya disepakati oleh pemerintahan baru Israel, walau pimpinan partai Raam Islam Arab dalam konsolidasi menjelaskan itu semestinya diurungkan.

Pertama Menteri Kewenangan Palestina mengingatkan jika kemungkinan ada “imbas beresiko”.

Perselisihan Di Gaza Bulan Lalu

Perselisihan diawali sesudah beberapa minggu bertambahnya kemelut Israel-Palestina di Yerusalem Timur yang mencapai puncak dalam benturan pada tempat suci yang disegani oleh Muslim dan Yahudi.

Hamas mulai tembakkan roket ke Israel sesudah mengingatkannya untuk menarik diri dari situs itu, memacu gempuran udara pembalasan dari Israel ke target Gaza.

Minimal 256 orang meninggal di Gaza, menurut PBB, dan 13 orang meninggal di Israel saat sebelum gencatan senjata yang ditengahi Mesir mulainya berlaku pada 21 Mei.

PBB menjelaskan minimal 128 pada mereka yang meninggal di Gaza ialah masyarakat sipil. Militer Israel menjelaskan 200 ialah militan; Pimpinan Hamas di Gaza mengatakan jumlah pejuang yang meninggal capai 80 orang.

Lebih dari 16.000 tempat tinggal di Gaza remuk atau hancur dalam perselisihan itu, bersama dengan 58 sekolah dan pusat training, sembilan tempat tinggal sakit, 19 klinik dan infrastruktur penting, menurut PBB.